mouse

Rabu, 25 November 2015

BAB I
PEMBAHASAN
   A.    PENYAKIT MATA
Penyakit mata sangat beragam dan tidak semuanya dapat menular.Penyakit mata yang disebabkan oleh bakteri maupun virus rata-rata bersifat menular, sedangkan jika penyebabnya adalah alergi atau bawaan keturunan (genetis), maka penyakit tersebut tidak akan menular.    
   B.     MIOPI (Rabun Jauh)
1.      Pengertian Miopi

Miopi (dari bahasa Yunani: μυωπία myopia "penglihatan-dekat") atau rabun jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).
Rabun jauh atau miopi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat menipis sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga terfokus dan membentuk bayangan di depan retina (jadi benda tidak terlihat jelas). Jadi titik jauh mata tidak berada di jauh tak berhingga, tetapi pada jarak tertentu dari mata. Dengan demikian, penderita rabun jauh tidak dapat melihat objek yang sangat jauh (tak berhingga).
Myopia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di anterior retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa divergen atau lensa minus.



2.      Penyebab
Miopia dapat bersifat keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor lingkungan. Faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa istirahat akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita miopi. Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan baik.
Dapat juga terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan mata karena melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama. Penglihatan mata akan pulih setelah mata diistirahatkan.

3.      Myopia atau rabun jauh terbagi menjadi 3 fase, yakni :
a.       Myopia Rendah dengan dioptre mendekati 0 – -3.00
Cara membaca dioptre diatas adalah apabila anda termasuk pengguna atau penderita rabun jauh/myopia dengan minus 0 s/d – 3.00 ( minus 0 sampai dengan minus 3 ) dapat dikatakan anda adalah penderita myopia rendah. Kemungkinan untuk mengurangi minus tersebut masih sangat mungkin.
b.      Myopia Sedang dengan dioptre -3.00 – -6.00
Cara membaca dioptre diatas sama dengan membaca dioptre (a). Jika anda mengenakan kacamata minus dengan kadar minus antara -3.00 – -6.00 (minus 3.00 sampai dengan minus 6.00) dikategorikan penderita myopia tingkat sedang, namun penderita myopia tingkat sedang juga cukup rentan, hal ini dikarenakan kebanyakan orang yang memiliki minus myopia sedang tidak dapat melepaskan kacamata dalam beberapa waktu
c.       Myopia Tinggi dengan Dioptre -6 hingga ke bawah (-10)
Penderita myopia tingkat tinggi memang cukup berbahaya dan dikatakan kerusakan pada bagian retina, kornea serta pupil tidak dapat bekerja optimal, bahkan cenderung mata tidak mampu menangkap cahaya dan membiaskan cahaya pantul dalam keadaan tanpa mengenakan kacamata. Hal ini hampir sama dengan penderita mata katarak sebelah.

4.      Perawatan
Pemakaian lensa kontak kacamata dengan lensa sferis negatif merupakan pilihan utama untuk mengembalikan penglihatan. Beberapa tindakan bedah juga dapat dilakukan seperti photorefractive keratectomy (PRK) atau laser assisted in-situ keratomileusis (LASIK). Dapat juga dilakukan orthokeratologi atau terapi penglihatan (vision therapy).
Cara mengatasi mata rabun jauh atau Myopia adalah :
a.       Membaca jangan terlalu dekat (minimal sepanjang siku anda)
Cobalah untuk tidak membaca dengan jarak terlalu dekat dengan objek atau benda, berilah jarak pada mata dan objek (benda) minimal sepanjang siku anda atau lebih. Bagi anda yang sudah menggunakan alat bantu kacamata cobalah untuk tidak terlalu dekat jarak pandang dari kacamata anda dengan objek benda.
b.      Membacalah di ruangan yang cukup terang
Usahakan membaca pada ruangan yang cukup mendapatkan cahaya penerangan agar mata tidak terlalu tegang atau kaku.
c.       Jangan membaca sambil tiduran
Membaca sambil tiduran merupakan salah satu penyebab utama mata menjadi rabun. Hal dikarenakan retina dan kornea menangkap cahaya terbalik ketika mata dalam posisi keatas, sehingga pantulan cahaya jatuh di belakang retina dan membuat mata terasa lebih perih
d.      Hindari menonton TV/main play station terlalu dekat secara terus menerus
Jika anda sudah mengenakan kacamata, cobalah untuk tidak terlalu larut dan dekat dengan monitor televisi anda baik saat menonton televisi maupun saat bermain play station. Bila perlu lepaskan terlebih dahulu kacamata anda sekiranya anda masih mampu melihat objek dalam beberapa jarak pandang mata.
e.       Hindari memakai komputer dengan monitor terlampau dekat. Sekali-sekali pandanglah ke tempat yang jauh.
Cahaya atau pantulan cahaya pada monitor juga dapat membuat mata anda terasa cepat lelah, kepala pusing, mata seperti orang mengantuk. Bila perlu gunakan kaca pelapis untuk monitor komputer anda agar pantulan cahaya tersebut tidak cepat merusak mata anda.
f.       Bermainlah di luar rumah selama 2-3 jam setiap hari dan lihat obyek yang jauh.
Cobalah untuk bermain di luar rumah selama kurang lebih 2-3 jam per hari dan cobalah melatih mata anda untuk melihat objek jarak jauh. Guna melatih otot-otot mata anda merefleksikan dari urat-urat mata.
g.      Berolahragalah agar otot-otot mata anda menjadi kuat.
Olahraga tidak hanya untuk kesehatan tubuh semata, namun adapula olahraga untuk melenturkan dan merefleksikan mata anda dari rutinitas anda sehari-hari.
h.      Makanlah makanan yang bermanfaat bagi mata anda seperti vitamin A, Beta Karotin, dan sebagainya.
Makanan juga dapat mempengaruhi kesehatan mata. Mata juga membutuhkan nutrisi penting agar mata senantiasa sehat dan segar. Mata sangat membutuhkan vitamin A meski dengan dosis yang cukup tinggi.
5.      Diagnosis
Miopi dapat ditegakkan dengan pemeriksaan visus dengan menggunakan optotipi Snellen dan foropter. Pemeriksaan visus akan menunjukkan ketajaman penglihatan dibawah 6/6. Dengan menyingkirkan diagnosis banding seperti hipermetropi dan astigmatisma, diagnosis miopi dapat ditegakkan.

6.      Kacamata Berlensa Cekung untuk miopi
Mata miopi tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang jauh atau titik jauhnya terbatas pada jarak tertentu. Lensa kacamata yang digunakan penderita miopi harus membentuk bayangan benda-benda jauh (S ~ ) tepat di titik jauh mata atau S’ = –PR, dengan PR singkatan dari punctum remotum, yang artinya titik jauh. Tanda negatif pada S’ diberikan karena bayangan yang dibentuk lensa kacamata berada di depan lensa tersebut atau bersifat maya.
Penderita miopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa negatif (cekung), yang bersifat menyebarkan berkas cahaya. Lensa ini berfungsi membentuk bayangan maya di titik jauh mata dari benda yang berada di jauh tak berhingga. Dengandemikian, benda yang berada di jauh tak berhingga akan membentuk bayangantepat di retina, sehingga terlihat jelas.




C.     HIPERMETROPI (Rabun Dekat)
1.      Pengertian Hipermetropi
Penderita rabun dekat tidak dapat melihat secara jelas objek yang letaknya dekat dengan mata (hanya dapat melihat objek yang letaknya jauh dari mata). Rabun dekat atau hipermetropi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat mencembung atau tidak dapat berakomodasi sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga terfokus dan membentuk bayangan di belakang retina (jadi benda tidak terlihat jelas).
Hipermetropi atau Hiperopia atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan karena bola mata yang terlalu pendek atau kelengkungan kornea yang kurang. Penderita kelainan mata ini tidak dapat membaca pada jarak yang normal (30 cm) dan harus menjauhkan bahan bacaannya untuk dapat membaca secara jelas. Penderita juga akan sulit untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan ketelitian tinggi.
Hipermetropia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di posterior retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa konvergen atau lensa positif.

2.      Tanda-tanda
Beberapa tanda-tanda dari seseorang yang mengalami hipermetropia adalah kesulitan konsentrasi, kesulitan melihat benda dekat, mata tegang kelelahan mata, sakit kepala dan mata pedih.

3.      Penyebab
Pada hipermetropi, refraksi sinar kurang konvergen, sehingga bayangan terbentuk di belakang retina. Penderita hipermetropi memiliki visus normal, namun kesulitan melihat benda yang terletak dekat. Secara prinsip, m. ciliaris penderita hipermetropi mengalami kelemahan karena proses degenerasi, tonusnya menurun dan fleksibilitasnya meningkat, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin memajang. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak anterior dan posterior yang pendek menyebabkan kecenderungan terjadinya hipermetropi. Solusi bagi penderita hipermetropi adalah menambah konvergensi dengan menambahkan lensa cembung (plus) di depa mata.
4.      Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan refraksi dan gambaran klinis yang tipikal. Pada penderita hipermetropia ringan-sedang dan berusia muda, kelainan refraksi ini masih bisa dikompensasi dengan akomodasi. Tetapi, kondisi ini bisa menimbulkan asthenopic syndrome seperti nyeri mata, sakit kepala, sensasi panas pada mata, blepharoconjungtivitis, pandangan kabur dan kelelahan. Pada penderita anak sekolah, gejala khas akan tampak pada perilaku mereka sehari-hari. Penderita akan sering menggosok mata mereka saat membaca. Akibatnya, aktivitas membaca menjadi sesuatu yang menakutkan bagi anak hipermetropia. Kondisi seperti ini dapat menjadi penghambat dalam proses belajar.
5.      Kacamata Berlensa Cembung untuk Hipermetropi
Karena hipermetropi tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas,lensa kacamata yang digunakannya haruslah lensa yang dapat membentukbayangan benda-benda dekat tepat di titik dekat matanya. Benda-benda dekatyang dimaksud yang memiliki jarak 25 cm di depan mata. Oleh karena itu,lensa kacamata harus membentuk bayangan benda pada jarak S = 25 cm tepatdi titik dekat (PP, punctum proximum) atau S' = –PP. Kembali tanda negatifmdiberikan pada S' karena bayangannya bersifat maya atau di depan lensa.
Dengan PP dinyatakan dalam satuan meter (m) dan P dalam dioptri. Karena PP > 0,25 m, kekuatan lensa P akan selalu positif. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang bermata hipermetropi perlu ditolong oleh kacamata berlensa positif (cembung atau konvergen).

Letak titik dekat mata hipermotropi lebih jauh dibandingkan letak titik dekat mata normal. Untuk menolong penderita rabun dekat diperlukan kacamata berlensa cembung (+), yang bersifat mengumpulkan berkas cahaya. Lensa ini berfungsi membentuk bayangan maya di titik dekat mata dari objek yang berada pada jarak baca normal.
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
SOSIALISASI & STIMULUS PERSEPSI


Oleh :
1.      M. ARDY SETYAWAN
2.      UMI ROHMATININGSIH
3.      DIAN AYU PRAMESWARI
4.      NANANG HERMANTO
5.      HIMAWAN PAMUNGKAS
6.    RAHMAD KURNIAWAN


PROGRAM STUDI  S – 1  ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG
2015














PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
SOSIALISASI & STIMULUS PERSEPSI
 


A.    DESKRIPSI

Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, penghargaaan orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain.

Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien jiwa, therapi aktivitas kelompok sering diperlukan dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan therapeutik. Therapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari therapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan.

Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok ini yaitu tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi :
1) Menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi,
2) Mendorong sosialisasi dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien), 3)Meningkatkan stimulus realitas dan respon individu,
4) Memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif,
5) Meningkatkan rasa dimiliki,
6) Meningkatkan rasa percaya diri,
7)Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.

Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi :
1) Meningkatkan kemampuan untuk ekpresi diri,
2) Meningkatkan kemampuan empati,
3) Meningkatkan keterampilan sosial,
4) Meningkatkan pola penyelesaian masalah.

Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam penjaringan klien yang akan diberikan aktivitas kelompok adalah :
  1. Aspek emosi
Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak diperhatikan, merasa disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut dan cemas, menyendiri, menghindar dari orang lain
  1. Aspek intelektual
Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien menjawab seperlunya, jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat
  1. Aspek sosial
Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien mengatakan bersedia mengikuti therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal dengan satu perawat lain ke satu klien lain

Therapi aktivitas kelompok sosialisasi dan stimulasi persepsi merupakan sebagian dari terapi aktifitas kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa. Terapi ini diharapkan dapat memacu klien untuk melakukan hubungan interpersonal yang adekuat dan mengidentifikasi secara benar stimulus persepsi eksternal.

B.     MASALAH KEPERAWATAN

Therapi aktivitas kelompok sosialisasi & stimulasi persepsi ditujukan pada klien dengan masalah keperawatan :
  1. Isolasi sosial : Menarik diri
  2. Harga diri rendah
  3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

C.    TUJUAN

  1. Tujuan Umum
Klien mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok dan memotivasi proses pikir dan afektif

  1. Tujuan Khusus
a.       Klien mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi stimulus eksternal yang diberikan melalui gambar
b.      Klien mampu menyebutkan identitas dirinya
c.       Klien mampu menyebutkan identitas klien lain
d.      Klien mampu berespon terhadap klien lain dengan mendengarkan klien lain yang sedang berbicara
e.       Klien mampu memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan
f.       Klien mampu menterjemahkan perintah sesuai dengan permainan
g.      Klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditetapkan
h.      Klien mampu mengemukakan pendapat mengenai therapi aktivitas kelompok yang dilakukan

D.    PERSIAPAN

  1. Analisa situasi meliputi : waktu pelaksanaan, jumlah perawat, pembagian tugas perawat, alat bantu yang dipakai dan persiapan ruangan
  2. Uraian tugas perawat (therapist)
a.       Leader dan Co-Leader bertugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisasi kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok untuk menetapkan tujuan dan membuat peraturan. Pemimpin dan anggota kelompok mendiskusikan apa yang harus dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan kelompok dan membantu kelompok untuk berkembang dan bergerak secara dinamis
b.      Fasilitator bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan dalam kelompok
c.       Observer bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya aktivitas therapi, peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta yang drop out (tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai)
  1. Proses Seleksi
a.       Berdasarkan observasi prilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh perawat
b.      Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien sehari-hari serta kemungkinan dilakukan therapi kelompok pada klien tersebut dengan perawat ruangan
c.       Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan dilakukan
  1. Program antisipasi masalah
Suatu intervensi keperawatan yang dilakukan dalam mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat atau emergensi yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan kegiatan therapi aktivitas kelompok.

E.     KEGIATAN

  1. Perkenalan
Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing dipimpin oleh leader. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok.
  1. Kegiatan
Klien mencari pasangan yang tepat, melakukan perkenalan dengan pasangan, melakukan perkenalan di depan kelompok, melakukan perintah permainan dan memberikan jawaban atas pertanyaan dari kelompok.
  1. Evaluasi
Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan perasaan dan pendapatnya tentang kegiatan
  1. Terminasi/Penutup
Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien menyebutkan kembali tujuan dan manfaat kegiatan.

F.     KRITERIA EVALUASI

Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang direncanakan :
1.      80% klien mendapatkan pasangan yang tepat
2.      90% dari jumlah klien mampu menyebutkan identitas dirinya
3.      90% dari jumlah klien mampu menyebutkan identitas klien lain
4.      80% dari jumlah klien mampu bersepon terhadap klien lain dengan mendengarkan klien lain yang sedang berbicara
5.      80% dari jumlah klien mampu memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan
6.      70% dari jumlah klien mampu menterjemahkan perintah permainan
7.      70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan
8.      50% dari jumlah klien mau mengemukakan pendapat tentang therapi aktifitas kelompok yang dilakukan

G.    RENCANA PELAKSANAAN

  1. Kriteria klien yang mengikuti terapi TAK di ruang Jiwa RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
a.       Klien menarik diri yang sudah mulai berinteraksi dengan beberapa klien lain
b.      Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
  1. Peserta :
  2. Masalah Keperawatan
a.       Menarik diri
b.      Harga diri rendah
c.       Halusinasi
  1. Persiapan
a.       Analisa Situasi
1). Waktu Pelaksanaan
      Hari/Tanggal               : selasa,07 juli 2015
      Waktu                         : Pk.08.00 – 10.00 WIB
      Alokasi Waktu            : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
                                            Permainan (35 menit)
  Ekpress feeling (15 menit)
  Penutup (5 menit)
2). Jumlah Perawat
      Mahasiswa PSIK        : 7 Orang
      Perawat Ruangan        : 3 orang
3). Pembagian Tugas
      Leader                         : Muhammad Ardy Styawan
      Co-Leader                   : Umi Rohmatiningsih
      Observer                      : Dian Ayu Prameswari
                                          :  Nanang Hermanto
                                           
      Fasilitator                    : Himawan Pamungkas
                                            Rahmad Kurniawan
4). Alat Bantu
      Tape Recorder & Kaset
      Gambar-gambar berpasangan
      Kotak kecil
      Balon dan kertas perintah
b.      Proses Pelaksanaan
1). Perkenalan
-          Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh pembimbing untuk memulai menyebut nama, kemudian leader menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok
-          Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu menunjukkan tangannnya
-          Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada perawat
-          Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan identifikasi terhadap perawat dengan menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh leader
2). Permainan
-          Klien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang cukup luas dan duduk membentuk lingkaran
-          Leader memberikan lembaran kertas yang bergambar pasangan dari alat-yang setiap hari digunakan : piring dengan sendok, sapu dengan tempat sampah, pensil dengan buku, sepatu dengan kaus kaki, meja dengan kursi, dan membagikan pada setiap peserta secara acak.
-          Selanjutnya peserta mencari pasangannya yang sesuai dengan gambar yang dipegang. Selanjutnya berkenalan dan menanyakan identitas selengkapnya : nama, alamat, hobby, yang disukai tentang dirinya, serta ketrampilan yang dimiliki.
-          Selanjutnya masing-masing peserta menerangkan pada kelompok identitas dirinya dan pasangannya selengkap-lengkapnya.
-          Kemudian  co leader memutar kaset lagu dangdut untuk berjoget bersama masing-masing pasangan dengan berpegangan tangan. Musik dihentikan selanjutnya masing-masing pasangan meledakkan balon untuk mencari kegiatan yang dituliskan pada kertas didalam balon. Setelah kertas perintah dibaca, masing-masing pasangan melakukan kegiatan yang diminta.
-          Setelah selesai, Leader, Co leader dan motifator memotivasi klien lain untuk menanyakan sesuatu kepada klien yang sedang didepan. Kemudian klien yang didepan menjawab pertanyaan tersebut, setelah klien menjawab pertanyaan perawat memberikan reinforcement positip dan memperjelas apa yang dibicarakan /dijawab oleh klien. Kemudian dilemparkan kepada klien lagi sehingga klien memiliki persepsi yang positip/baik tanpa dipengaruhi oleh perawat.
-          Kemudian dilanjutkan dengan pasangan berikutnya dengan cara yang sama
-          Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalannya acara .
3). Peer Review (Evaluasi Kelompok)
-          Klien dapat mengemukakan perasaannya setelah memperkenalkan dirinya
-          Klien mengemukakan perasaannya setelah disapa oleh klien lain dengan menyebut nama
-          Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini
4).Terminasi
-          Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan
-          Leader menjelaskan kembali tentang tujuan  dan manfaat dari kegiatan kelompok ini
  1. Antisipasi Masalah
a.       Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
-          Memanggil klien
-          Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b.      Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
-          Panggil nama klien
-          Tanya alasan klien meninggalkan permainan
-          Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi

c.       Bila ada klien lain ingin ikut
-          Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih
-          Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
-          Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan tersebut


DAFTAR PUSTAKA
Herawaty, Netty, Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok, FIK Jakarta 1999
Gail Wiscart Stuart, Sandra J. Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC, Jakarta 2006


Pelaksanaan TAK


Tanggal                      : 08 Juli 2015  pukul  10.00- 11.00 .
Tempat                        : Ruang Perawatan kemuning.
Jumlah peserta             : 10 Orang
Masalah GHS              : Menarik diri.
Metode                        : Bermain dan bernyanyi bersama.

Pembagian tugas anggota       Leader            :
                                                 Co leader        :
                                                 Motifator        :
                                                                        :
                                                                        :.
                                                 Observer         :

            Jalannya Acara :
1.         FASE PERKENALAN.
-           Mengumpulkan anggota diruang Perawatan Melati.
Perawat melakukan kontrak ulang untuk mengikuti TAK, perawat berhasil mengumpulkan sepuluh orang klien sesuai dengan rencana semula.
-           Leader memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kegiatan TAK kepada klien kemudian co leader menjelaskan aturan permainan.

2.         FASE KERJA
Leadermemberikan lembaran kertas yang bergambar pasangan dari alat-yang setiap hari digunakan : piring dengan sendok, sapu dengan tempat sampah, pensil dengan buku, sepatu dengan kaus kaki, meja dengan kursi, dan membagikan pada setiap peserta secara acak, selanjutnya peserta mencari pasangannya yang sesuai dengan gambar yang dipegang. Selanjutnya berkenalan dan menanyakan identitas selengkapnya : Nama, alamat, hobby, yang disukai tentang dirinya, serta ketrampilan yang dimiliki. Selanjutnya masing-masing peserta menerangkan pada kelompok identitas dirinya dan pasangannya selengkap-lengkapnya. Kemudian  co leader memutar kaset lagu dangdut untuk berjoget bersama masing-masing pasangan dengan berpegangan tangan. Musik dihentikan selanjutnya masing-masing pasangan harus menampilkan suatu ketrampilan didepa kelompok. Co leader menyiapkan gitar, dan masing-masing pasangan menyanyikan lagu dengan diiringi gitar. Setelah berhenti menyanyi Leader , Co leader dan motifator memotifasi klien lain untuk menanyakan sesuatu kepada klien yang sedang didepan. Kemudian klien yang didepan menjawab pertanyaan tersebut , setelah klien menjawab pertanyaan dan selesai bernyanyi perawat memberikan reinforcement positip dan memperjelas apa yang dibicarakan /dijawab oleh klien. Kemudian dilemparkan kepada klien lagi ,sehingga klien memiliki persepsi yang positip / baik tampa dipengaruhi oleh perawat. Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalanya acara .

3.         FASE TERMINASI.
-           Melakukan sharing perasaan antara klien dan perawat tentang terapi aktifitas kelompok yang dilakukan.
Klien : Merasa senang karena tidak melamun ,dapat mengurangi setress, terjalin keakraban,tidak membosankan,mengisi waktu luang dan klien menanyakan kapan ada acara seperti ini lagi.?
Perawat : Merasa senang karena klien dapat kooperatif mengikuti kegiatan TAK.
Merasa dibutuhkan oleh klien.
-           Melakukan evaluasi :
a. Proses
90 % klien berpartisipasi aktif.
 90 % Klien dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang sesuai dengan Stimulus external.
90 % Klien mampu bekerja sama dalam kelompok.
100 %Klien mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.
b. Hasil
90 % Klien mampu memperkenalkan diri /menyebutkan nama,alamt serta    mampu menjawab pertanyaan yang  diajukan oleh klien lain.
80 % Klien mampu menyanyikan sebuah lagu.
50 % Klien mampu mengungkapkan manfaat kegiatan TAK.

-           Terakhir leader menyimpulkan manfaat seluruh kegiatan dan memotifasi kepada klien untuk melakukan kegiatan serupa/yang lain bersama klien lain.